fakta dan dampak riba dari bunga bank


kenyataan bahwa allah SWT akan menghancurkan riba masihkah belum kita sadari atau justru akan kita abaikan?

tahun 2019 ini menjadi tren dimana NPL atau kredit macet perbankan naik hingga angka 2.6%
dalam laporannya, moody's investor service yaitu lembaga pemeringkat utang internasional mengungkapkan selain adanya sejumlah kasus gagal bayar korporasi besar, lonjakan ini juga diakibatkan oleh situasi pelemahan ekonomi global yang berdampak kepada kinerja korporasi dalam negeri. [referensi: koran Tempo edisi kamis, 3 oktober 2019 "Resiko gagal bayar utang swasta meningkat".]

sadarkah ketika sejumlah korporasi besar mengalami gagal bayar dan ekonomi global mengalami pelemahan. ini lah salah satu bukti bahwa riba adalah bencana.




mari kita buktikan bagaimana cara riba (bunga) mampu menghancurkan tatanan ekonomi.
1. riba diharamkan dalam islam dan merupakan dosa besar, berikut dalil mengenai haramnya riba.


  • termasuk 7 dosa besar (HR bukhari no. 2766)
  • lebih besar dari zina (HR ahmad dan al-Baihaqi)
  • riba haram (QS Al-baqarah: 275)
  • Allah SWT memusnahkan RIBA (QS Al-baqarah:276)
  • perintah meninggalkan sisa RIBA (QS Al-baqarah: 278)
  • ancaman perang dari Allah dan Rasul bagi pemakan RIBA (QS Al-baqarah:279)
  • jangan memakan RIBA dengan berlipat ganda (QS Ali imran: 130)
  • azab yang pedih (QS An-Nisa: 161)
  • tambahan RIBA agar harta bertambah adalah tidak bertambah dalam pandangan Allah SWT (QS ArRum: 39)


2. naik turunnya suku bunga dapat menimbulkan inflasi pada perekonomian.

inflasi adalah situasi dimana menurunnya daya beli sebuah mata uang yang diakibatkan oleh kenaikan harga secara cepat.
ada dua macam jenis inflasi:

- demand-pull inflation yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya permintaan melebihi fisik uang yang dimiliki.

- cost-plus inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya produksi.
ini terjadi ketika bunga naik dan menjadi beban perusahaan yang nantinya bunga tersebut pasti akan di bebankan kedalam harga barang produksi. artinya (harga barang = biaya produksi + bunga).

kedua jenis ini juga lah penyebab turunnya daya beli mata uang terhadap barang.

penyebab inflasi lebih rinci:

a. Jumlah Uang Beredar Meningkat

Uang yang banyak ternyata tidak selalu menjadi hal baik, salah satunya dapat terlihat dalam konteks perekonomian negara dan tingkat inflasi. Jika terlalu banyak uang beredar sedangkan barang yang ada tidak bertambah, secara otomatis harga menjadi naik. Kalau hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka tingkat persentase inflasi pun bisa meningkat tinggi.

b. Tingginya Tingkat Permintaan

Penyebab inflasi yang kedua adalah tingginya tingkat permintaan terhadap suatu barang oleh masyarakat dan biasanya terjadi dalam jumlah yang besar. Hal ini biasanya terjadi pada negara yang mengalami tingkat pertumbuhan tinggi dan masyarakatnya memiliki pendapatan besar, namun tingkat produksi barang rendah. Atau bisa juga terjadi pada negara yang kapasitas produksinya lemah sehingga tidak dapat menyediakan sesuai dengan permintaan pasar.

c. Biaya Produksi

Faktor penyebab inflasi yang selanjutnya adalah meningkatnya biaya produksi, seperti biaya bahan baku, sumber daya, tenaga kerja, dan lain sebagainya. Hal ini bisa menyebabkan dua hal, barang yang diproduksi jadi berkurang atau produsen menaikkan harga jual untuk menutupi biaya produksi. Yang jelas, keduanya akan mengarah pada kenaikan harga barang dan dapat memicu terjadi inflasi jika berlangsung dalam waktu yang lama.

d. Kondisi Ekonomi dan Politik

Bukan saja perkara yang berkaitan langsung permintaan atau produksi barang, namun keadaan ekonomi dan politik negara juga turut berperan dalam munculnya inflasi. Keadaan negara yang kacau akan membuat permintaan dan penawaran kacau juga, sehingga harga-harga menjadi tidak terkendali. Kekacauan seperti ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998, yang menimbulkan krisis moneter dengan tingkat inflasi hingga mencapai kisaran 70%.

Dampak dari inflasi lebih rinci:

a. Nilai Uang Turun

Adanya kenaikan harga pada berbagai barang kebutuhan masyarakat menyebabkan nilai uang menjadi turun dari sebelumnya. Jika biasanya uang Rp 20.000 bisa mendapat dua liter beras, dengan adanya inflasi bisa jadi hanya mendapat satu setengah liter. Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat, terutama bagi mereka yang berpendapatan tetap karena pengeluaran jadi lebih tinggi.

b. Menurunkan Minat Menabung

Dampak yang selanjutnya masih berkaitan dengan sebelumnya, dimana nilai uang yang turun menyebabkan pengeluaran jadi lebih tinggi. Orang jadi berpikir lagi untuk menabung, karena uang yang bisa disisihkan tentu jauh berkurang dibanding saat tidak terjadi inflasi. Hal ini tentunya juga akan mempengaruhi sektor perbankan, yang bisa menjadi lesu karena menurunnya minat masyarakat dalam menabung.

c. Kekacauan Ekonomi

Tingkat inflasi tinggi yang tidak segera ditangani dan dikendalikan bisa saja menimbulkan masalah yang lebih besar dalam perekonomian negara. Harga tinggi dapat memicu produsen untuk menimbun faktor produksi atau barang yang dibutuhkan, sehingga harga barang akan semakin tinggi lagi. Inflasi tinggi yang tidak terkendali juga bisa menimbulkan kecemburuan sosial, kerusuhan, atau bahkan krisis keuangan seperti yang terjadi tahun 1998.




3. menghambat laju ekonomi hingga terjadinya krisis.

pada th 2002-2006 menjadi titik awal terjadinya krisis ekonomi global dengan lumpuhnya institusi keuangan amerika akibat kasus kredit macet yang disebabkan oleh naiknya suku bunga yang berimbas pada kredit properti.
mereka yang membeli properti berbunga rendah mendadak enggan membayar angsuran ketika suku bunga naik karena tidak seimbangnya antara jumlah angsuran dengan harga properti yang kala itu mengalami penurunan.

"Allah menghancurkan harta riba (secara berangsur- angsur)" [Al baqarah:276]

berikut adalah beberapa pengakuan para ekonom tentang bunga bank:

"suku bunga menghambat pertumbuhan ekonomi, karena menghalangi laju gerak modal menuju kebebasan..." (Jhon maynard keynes)

"harta di dunia akan dikuasai oleh segelintir orang pemberi modal dalam bentuk bunga (riba) karena ia tidak pernah mengalami kerugian.." (DR. Schacht hjalmar)




kenyataan bahwa allah akan menghancurkan riba masihkah belum kita sadari atau justru akan kita abaikan?
beberapa data yang ditemukan dari berbagai sumber menjadi bukti prihal kebenaran  pengakuan para ekonom tentang bunga bank:


menuliskan:
1. IBCB ( Industrial and Commercial Bank of China Ltd. )
- Kapitalisasi Pasar Rp 4.331,7 T
- Penjualan Rp 2.497,3 T
- Profit Rp 641,7 T
- Aset Rp 57.270 T 
- Industri Perbankan
- Negara Republik Rakyat Tiongkok

2. JPMorgan Chase
- Kapitalisasi Pasar Rp 2.501,1 T
- Penjualan Rp 1.891,1 T
- Profit Rp 552 T 
- Aset Rp 38.946,8 T 
- Industri Keuangan
- Negara Amerika Serikat

3. China Construction Bank
- Kapitalisasi Pasar Rp 3.201,7 T
- Penjualan Rp 2.138,7 T 
- Profit Rp 552,1 T 
- Aset Rp 48.127,0 T  
- Industri Perbankan 
- Negara Republik Rakyat Tiongkok 

4. Agricultural Bank of China
- Kapitalisasi Pasar Rp 2.800,9 T
- Penjualan Rp 1.954,9 T 
- Profit Rp 439,3 T 
- Aset Rp 46.824,4 T 
- Industri Perbankan Regional
- Negara Republik Rakyat Tiongkok 

5. Bank of America
- Kapitalisasi Pasar Rp 4.082,9 T
- Penjualan Rp 1.590,2 T 
- Profit Rp 405,0 T 
- Aset Rp 33.780,5 T 
- Industri Perbankan 
- Negara Amerika Serikat

perusahaan dangan aset terbesar didunia dikuasai oleh industri keuangan dengan bunga (riba) sebagai sumber pendapatan utamanya dan sebagai pemberi modal telah menguasai harta dunia.

Masihkah kita akan tutup mata sampai tiba saatnya kehancuran yang lebih besar lagi?


Sumber:
- Alquran
- buku harta haram muamalat kontemporer
- simulasikredit.com
- tempo.co
- databoks
- detikfinance
- alphapay